Nestapa Perantau Asal Pacitan, Dua Tahun Tak Bisa Mudik karena Larangan Pemerintah

(Foto Ilustrasi)

PACITAN,wartakita.co- Larangan untuk mudik lebaran yang diterapkan oleh Pemerintah yang berlaku pada tanggal 6 sampai dengan 17/5/2021 membuat banjir air mata para perantau di tanah perantauan. Ingin bertemu dengan keluarga di rumah, bertemu dengan orang-orang yang di sayangi pun terpaksa kembali ditunda.

Melalui sambungan seluler, Siswanto (50) berkeluh kesah tentang larangan mudik tahun ini yang menurutnya sangat memilukan. Padahal sudah hampir 2 tahun lamanya, tidak pernah pulang kampung. Ketika hasrat ingin bertemu keluarga, namun terhalang oleh aturan yang begitu ketat.

“Demi Allah. Kita sebagai perantau mengeluh dengan larangan mudik, adanya penyekatan di perbatasan. Padahal kepulangan kita hanya untuk bertemu keluarga, bermaaf-maafan dengan sanak famili di kampung halaman. Tapi apalah daya, kami sadar kalau ini sudah aturan dan kita jadi takut pulang,”keluhnya kepada Wartakita.co, melalui sambungan seluler Rabu, (5/5) kemarin.

Memang sangat lah kasihan Siswanto dan sejawatnya, pekerjaan yang belum juga kelar masih menjadi beban, sebagai ketua rombongan tukang bangunan, ia juga menanggung beban anak buahnya. Bukan hanya tentang keselamatan kerja dan upah, tapi juga ketika ingin mudik ke kampung halaman.

Kini nasib Siswanto dan rekan kerjanya mau tidak mau harus betah berlama-lama di kota yang berjuluk Metropolitan dan lebaran tanpa berkumpul dengan keluarga yang di sayangi.

“Rencana dulu kita mau pulang tanggal 7/5, tapi bagaimana lagi? mau pulang sudah tidak mungkin bisa, apa lagi kalau melihat berita. Katanya di perbatasan Pacitan-Wonogiri sudah di palang. Dari pada kita rugi lebih baik mau tidak mau ya bertahan di sini sambil menunggu di ijinkan nya boleh mudik oleh Pemerintah,”ungkapnya

Kini, Siswanto dan rekan-rekannya pekerja bangunan hanya bisa berharap agar Larangan mudik diperlonggar oleh pemerintah dan masyarakat bisa pulang dari tanah rantau karena kedatangannya sangat di harapkan oleh keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *