Begini Keistimewaan Masjid Tiban Berusia Ratusan Tahun di Pacitan

Masjid Tiban Nurul Huda di Desa Tanjungpuro, Ngadirojo tampak lebih megah dari sebelumnya. (Foto/wartakita.co).

PACITAN,wartakita.co– Masjid Tiban Nurul Huda di Desa Tanjungpuro, Ngadirojo, jadi salah satu bukti jejak sejarah penyebaran islam di Pacitan. Meski usianya diyakini telah ratusan tahun, namun sebagian kontruksi bangunan masih terlihat utuh.

Ini tampak dari pilar bangunan berbahan kayu Jati yang mencerminkan keaslian Masjid Tiban Nurul Huda. Konon tak seorang pun berani mengubah posisi rangka kayu yang jadi ciri khas Masjid kuno tersebut.

Tiang kayu yang menyisakan bekas tatahan kasar tetap berdiri tegak tanpa dihaluskan. Demikian pula dengan kayu berukir yang melintang diatasnya. Dalam beberapa proses rehab, bagian kayu hanya dipoles cat warna coklat.

“Ini coba lihat. Meskipun usianya sudah berabad-abad, tapi kayunya masih utuh. Ndak dimakan rayap dan sejenisnya” ucap Muhyidin (64) warga setempat pada Rabu (5/4/2023) siang.

Fasilitas lain yang diklaim masih asli adalah bedug. Alat musik tabuh berbahan kayu dan kulit lembu itu terpampang di bagian kiri teras masjid. Pun lengkap dengan kentongan dari kayu berwarna coklat tua.

Menurut Muhyidin, sebutan ‘Tiban’ sendiri berasal dari cerita turun temurun masyarakat. Hingga saat ini belum ditemukan catatan sejarah terkait siapa yang pertama kali membuat bangunan yang dulunya beratap ilalang. Warga berkeyakinan Masjid Nurul Huda ini peninggalan Sunan Geseng yang ditemukan secara tiba-tiba oleh ulama bernama Ki Ageng Bandung di tengah rawa.

“Ki Ageng Bandung yang waktu itu berada di sebelah barat sana mendengar suara burung perkutut. Beliau berusaha menghampiri, ternyata perkututnya berada di atas atap bangunan yang sekarang jadi masjid tiban,” imbuh Muhyidin yang juga anggota takmir masjid.

Kini, Masjid Tiban Nurul Huda tampak lebih megah setelah berulangkali direnovasi. Menara berdiri menjulang di 4 penjuru. Demikian pula pada bagian pintu dan jendela yang kental dengan corak modern.

Bangunan yang lebih modern jadi daya tarik tersendiri. Masjid ini tak pernah sepi kegiatan keagamaan. Mulai shalat 5 waktu, shalat Jum’at hingga shalat tarawih pada Bulan Ramadhan. Pun banyak warga luar daerah ngalap berkah melalui wirid dan doa.

“Biasanya (jemaah luar daerah) di bulan Sya’ban,” pungkas Muhyidin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *