PACITAN,wartakita.co- Dampak lonjakan harga telur dirasakan oleh pengusaha kuliner di Pacitan. Mereka harus memutar otak agar tetap bertahan. Di sisi lain kualitas produk tetap harus dijaga agar tak ditinggalkan pelanggan.
Satu diantara pelaku usaha terkena imbas kenaikan harga telur adalah Citra Dewi Noviani. Demi menjaga daya beli, pemilik usaha Pastry and Cake itu memilih tak meningkatkan harga jual.
Ukuran produknya pun tetap seperti biasa. Pilihan ini diakui sangat berat mengingat biaya produksinya membengkak seiring harga telur yang mahal.
“Sangat terasa karena pembuatan cake membutuhkan banyak telur jadi kalau harga naik otomatis biaya produksi lebih banyak,” ujar Citra.
Tentu saja keputusan Citra bukan bebas risiko, biaya produksi yang bertambah tanpa diimbangi kenaikan harga berakibat pendapatan laba tak sebanyak biasanya.
Pun begitu dirinya tetap optimis pada saatnya harga telur kembali normal dan dapat mengembalikan keuntungannya seperti semula.
“Kita tetap pertahankan kualitas untuk pembuatan agar tidak berubah rasa jadi harapannya harga bisa kembali normal,” paparnya.
Sebagai pengusaha, Citra cukup kenyang pengalaman menghadapi masa sulit. Komitmen utamakan pelayanan kepada pelanggan jadi pertaruhan sehingga menjaga cita rasa serta memastikan bahan baku sesuai standar adalah prioritas.
“Kebutuhan telur untuk bahan baku roti cukup besar, dari puluhan varian produk tiap harinya rata-rata menghabiskan telur sebanyak 100 kg. Biar mahal usaha tetap jalan,” pungkasnya.
Hingga kini, harga telur di pasaran memang belum stabil, oleh karena itu upaya terbaik yang mesti dilakukan pengusaha seperti Citra adalah bertahan. Terlebih, dia juga harus menghidupi puluhan orang karyawan sebagai bentuk tanggung jawab.