PACITAN,wartakita.co- Seorang dosen perempuan di Pacitan ini laik jadi inspirasi. Dia menunjukkan status gender tak berarti apapun dalam berkarya. Bahkan, dia sukses menjalankan profesi yang umum digeluti pria dewasa sebagai peternak kambing.
Perempuan itu adalah Diana Rendrarini. Warga Kelurahan Sidoharjo, Pacitan itu diketahui memelihara 100 ekor kambing berbagai ukuran dan jenis. Mulai kambing yang baru lahir, umur tiga bulan hingga indukan serta pejantan.
Diana bercerita awal dirinya beternak kambing bermula ketika domba yang dititipkan kepada peternak dipulangkan. Karena tak ada pilihan yang lebih baik, ia pun berinisiatif untuk mencoba memelihara secara mandiri.
“Saya dikasih tahu kakek saat punya anak pertama diminta untuk memelihara satu kambing tetapi dititipkan ke orang lain yang sudah biasa beternak. Kebetulan setelah berkembang biak kambing itu dipulangkan, lalu sebisa kita pelihara,” tutur Diana.
Diana memanfaatkan lahan kosong di lingkungan Jaten sebagai kandang ternak. Dia juga terus belajar bagaimana memelihara ternak dengan baik dan benar hingga memutuskan untuk pelihara domba jenis awassi dan merino.
Jenis domba dipilih karena pertumbuhannya lebih cepat dan tubuhnya lebih besar dari domba Jawa pada umumnya. Berkat ketekunananya ternak miliknya terus berkembang biak sampai berjumlah 100 ekor.
“Awalnya ternak kambing biasa kemudian beralih ke domba karena ternyata prospeknya lebih bagus dan perawatan lebih mudah. Ini ada domba jenis awassi, f dua, merino, texel, dan sopas,” jelasnya.
Diana dibantu seorang karyawan untuk mencari rumput, membuat pakan fermentasi dan membersihkan kandang. Dosen Teknik Sipil salah satu Universitas di Madiun itu tak jarang mengurus dombanya sendiri.
Tanpa ragu dan malu-malu Diana biasa mengurus ternaknya. Mencukur domba sendiri, memberi pakan dan merawat kambing sudah dia lakoni sejak tahun 2017 lalu.
“Kenapa perempuan harus malu?, kalau menurut saya tidak apa asal bisa menyesuaikan waktu disela kesibukan yang lain,” pungkas Diana.
Diana menjual kambingnya saat berusia sekitar empat bulan. Rata-rata dia bisa menjual 10 ekor dalam waktu satu sampai dua bulan. Omzet yang diperoleh pun mencapai belasan juta rupiah. (mg/red).