PACITAN,wartakita.co- Menyadap nira kelapa bukanlah pekerjaan sepele. Perlu ramuan, ketelitian dan kesabaran. Pekerjaan yang sudah turun temurun di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan itu kini dikemas dalam sebuah festival “Arak Deres”.
Restu Wulan Sindy Octari penggagas festival Arak Deres menyebut nama arak bukanlah sebuah minuman yang memabukkan, tapi merupakan iring-iringan para penyadap nira kelapa. Artinya festival Arak Deres ini bermakna iring-iringan para penyadap nira kelapa.
“Jadi festival ini merupakan rasa syukur dan rasa menghormati kepada para penyadap nira untuk di jadikan gula merah dan juga bahan makanan maupun minuman yang berasal dari nira kelapa,” kata Wulan.
Baca juga : Pertaruhan Petani Malika Di Pacitan, Diantara Untung dan Buntung!
Perempuan alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah itu berpendapat bahwa, masyarakat sekitar bisa menghantarkan anak-anaknya untuk bersekolah sampai menuntut ilmu di perguruan tinggi dari hasil menyadap nira kelapa.
“Menyadap nira kelapa ini merupakan roda perekonomian masyarakat di sini, nyatanya dari hasil tersebut bisa untuk menyekolahkan anak-anaknya, bahkan tidak sedikit yang meneruskan sampai ke perguruan tinggi,” bebernya.
Wulan berharap festival Arak Deres ini bisa mengangkat nama Sidomulyo menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera. Roda perekonomian masyarakat dari hasil menyadap nira jangan sampai hilang, karena menurutnya itu pekerjaan mulia yang bisa menghidupi keluarga.
“Kita tidak perlu gengsi, saya bisa sekolah sampai kuliah itupun biayanya dari hasil menyadap nira kelapa, maka dari itu festival Arak Deres merupakan festival bersyukur dan semoga pekerjaan mulia ini bisa terus bertumbuh dan jangan sampai hilang,” pungkasnya.