PACITAN,wartakita.co- Harga kedelai yang terus melambung juga dirasakan warga Pacitan. Pengusaha pangan yang mengandalkan bahan baku kedelai pun terpaksa memutar otak agar bisa bertahan. Salah satunya dengan memperkecil ukuran produk jadi.
Hal itu seperti dialami Dodik Winoto. Pemilik pabrik tahu di Arjowinangun itu mengaku memilih tetap beroperasi meski dengan risiko. Sebab, jika sampai mesin produksi berhenti tentu akan mengecewakan pelanggan.
“Sementara ini ketebalannya yang berubah jadi lebih kecil. Kalau harga jual masih sama,” kata pria yang akrab disapa Doni, beberapa waktu lalu.
Baca juga : Kuliner Langka Khas Ndeso Tersaji di Keramaian Pacitan
Dia pun membeberkan ihwal naiknya harga kedelai beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, kedelai di pasaran dapat diperoleh dengan harga Rp 10.900 per kilogram. Namun angka itu mendadak naik per kilogramnya menjadi Rp 12.800.
“Kalau harga jual tetap Rp 28 ribu per papan,” imbuhnya.
Keputusan memperkecil ukuran tahu, lanjut Doni lebih didasari alasan menekan biaya produksi. Di sisi lain dirinya mempertimbangkan aspek kemanusiaan jika harus menaikkan harga.
Meski dibikin pusing oleh kenaikan harga kedelai, pabrik tahu milik Doni tetap berproduksi. Pun hingga saat ini kapasitas produksi tidak dikurangi. Dirinya berharap kondisi segera membaik sehingga iklim usaha kembali normal.
Dikatakan, lonjakan harga kedelai sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir. Dampaknya omzet per hari menurun hingga 10 persen imbas. Sebagai produsen, Doni berharap pemerintah segera mencarikan solusi agar harga kedelai impor kembali terjangkau.
“Sepertinya siklus tahunan ya. Setiap mendekati tahun baru dan hari raya, (harga) kedelai pasti naik. Makanya kita berharap segera ada solusi,” kata pengusaha yang dibantu 20 pekerja tersebut.