PACITAN,wartakita.co- Krisis air bersih sebagai imbas musim kemarau di Pacitan terus meluas. Permintaan air bersih masyarakat pun mulai meningkat. BPBD Pacitan mencatat kini 12.437 jiwa atau 4.330 KK di 42 Dusun yang terdampak kekeringan.
“Jumlah warga terdampak yang sebelumnya berada di 15 desa pekan ini bertambah menjadi 17 desa. Ini sesuai permintaan droping air bersih,” kata Radite Suryo Anggoro, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan (3/9) lalu.
Radite menyebut 17 desa yang telah mengajukan permohonan tersebar di beberapa kecamatan paling parah terdampak kekeringan. Seperti Kecamatan Tegalombo yang mencakup Desa Ngreco. sementara di Kecamatan Sudimoro terdapat Desa Karangmulyo, Sumberejo, Pagerlor, dan Sukorejo.
Kemudian Kecamatan Ngadirojo yang juga terdampak meliputi Desa Pagerejo, Wonodadi Kulon, Cokro Kembang, dan Bodag. Di Kecamatan Tulakan, permohonan bantuan datang dari Desa Kalikuning, Kluwih, Jetak, dan Jatigunung.
Baca juga : Ini Keunggulan Ronny-Wahyu, Berpotensi Menangi Pilbup Pacitan 2024?
Sementara itu, Kecamatan Donorojo mencatat Desa Klepu dan Sukodono sebagai wilayah yang juga mengalami krisis air bersih. Desa Kebonsari di Kecamatan Punung dan Desa Kalipelus di Kecamatan Kebonagung juga telah melayangkan permohonan resmi ke BPBD Pacitan.
“Kami kirim (dropping) secara bertahap dan bergantian,” terangnya
Meskipun ada tambahan permintaan Dropping, Radite mengklaim penanganan dampak kekeringan tahun ini lebih ringan daripada tahun lalu. Sebab, suplai air bersih sedikit teratasi dengan keberadaan program Pamsimas maupun SPAM.
“Berdasarkan pemetaan, tahun ini tinggal 34 desa yang berpotensi terdampak kekeringan dari tahun sebelumnya sejumlah 58 desa. Jadi sudah ada sekitar 24 desa yang ditangani,” pungkasnya.