Tari Keling Curi Perhatian Penikmat Festival Rawat Jagat Pacitan

Tari Keling jadi salah satu penampil Festival Rawat Jagat Pacitan ke-3 pada Sabtu, (21/9) sore. (Foto/wartakita.co).

PACITAN,wartakita.co- Festival Rawat Jagat Pacitan ke-3 sukses digelar pada Sabtu, (21/9) sore. Ribuan orang antusias menyaksikan atraksi seni budaya sejak sore hingga malam hari. Salah satu yang sukses mencuri perhatian penonton adalah penampilan Tari Keling.

Atraksi kesenian asli Desa Kalipelus, Kecamatan Kebonagung itu jadi perhatian karena penampil utamanya menggunakan atribut serba hitam. Tak hanya pakaian, tubuh mereka pun bernuansa hitam.

“(Tari Keling) tarian yang unik karena penampilnya berwarna hitam, mulai pakainnya hitam, wajahnya juga hitam jadi serba hitam. Dan baru tahu ternyata berasal dari Kalipelus, Kebonagung ya,” kata Nur, seorang penonton asal Tulakan.

Baca juga : 3 Tahun Pemerintahan Bupati Aji : Penduduk Miskin Turun Signifikan, Dekati Capaian 10 Tahun Pendahulunya

Tiap gerakan Tari Keling merupakan perwujudan masyarakat Desa Kalipelus yang penuh wibawa dan tangguh dalam menghadapi dinamika kehidupan. Syair dan tembangnya pun mengandung makna mendalam sekaligus nasehat untuk menjalani kehidupan.

“Tari Keling diciptakan warga Dusun Watulapak, Kalipelus. Filosofi ketangguhan masyarakat desa melengkapi tema Rawat Jagat eling lan waspodo (ingat dan waspada) terhadap potensi bencana alam dan bencana sosial,” kata Yusuf Abdilah, salah satu inisiator Festival Rawat Jagat.

Kelompok penari Tari Keling berada di barisan terdepan dalam iring-iringan prosesi kirab budaya dari halaman pendapa kabupaten menuju bundaran Penceng.Dibelakangnya tampak gunungan raksasa hasil bumi disusul para pejabat penting Pemkab Pacitan.

Bupati Indrata Nur Bayuaji, Wakil Bupati Gagarin, Ketua DPRD Pacitan Arif Setia Budi, pimpinan OPD tampak berjalan beriringan bersama para perangkat desa dan beragam organisasi kemasyarakatan.

Bupati Aji mengatakan Festival Rawat Jagat sebagai salah satu wadah dalam mengekspresikan rasa syukur, do’a dan harapan terutama sebagai bentuk ajakan bersama untuk merawat bumi.

“Melalui Rawat Jagat ini kita tetap membangun rasa optimisme di segala sektor kehidupan masyarakat dan kewaspadaan terhadap ancaman bencana dan berbagai macam marabahaya,” ujar Bupati Aji.

Selain menjadi media sosialisasi tentang potensi kerawanan bencana, event ini disebut bupati sebagai upaya mengenalkan potensi wisata, budaya dan tradisi di Kota 1001 Goa. Ia menegaskan religi dan seni budaya harus menjadi elemen penting dalam proses pembangunan dan bisa berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat.

“Doa dan harapan, semoga event ini bisa menarik banyak pengunjung datang ke pacitan sehingga ekonomi masyarakat ikut juga meningkat. Mewujudkan masyarakat pacitan yang sejahtera dan bahagia,” tandasnya.

Kirab budaya ditutup dengan doa keselamatan. Beragam pertunjukkan seni dan budaya berlanjut hingga malam hari. Festival tahunan ini tak hanya mewadahi seni dan budaya lokal tetapi diharapkan jadi pengungkit ekonomi masyarakat dan meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke Pacitan. (red/adv).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *