Ritual Adat ‘Lempung Agung’, Berkah dari Tanah Persawahan Pacitan

Ritual Lempung Agung di Desa Purwoasri, Kebonagung, Pacitan pada Minggu (14/10) sore. (Foto/wartakita.co).

PACITAN,wartakita.co -Festival Gerabah 2024 Pacitan tampil beda. Kali ini, sebuah upacara adat ‘Lempung Agung’ turut mewarnai kemeriahan festival yang digelar di Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung. Ritual yang jadi bagian penting Festival Gerabah itu, dilaksanakan di area persawahan Dusun Padi pada Minggu (13/10) sore.

Iring-iringan penduduk perdesaan jadi tanda dimulainya ritual Lempung Agung. Puluhan warga berpakaian lurik itu, tampak membawa beragam peralatan tani dan perkakas dapur menuju lahan persawahan.

Sesampainya di lokasi, penduduk pria bertugas menggali tanah menggunakan cangkul. Kemudian, kaum perempuan membantu mendapatkan tanah lempung sebagai bahan baku produk kerajinan gerabah.

“Seluruh prosesi menggambarkan rutinitas warga Dusun Purwosari dan Gunung Cilik, mereka memperoleh dan mengolah tanah sawah menjadi beragam produk gerabah,” kata Hari Setyo Nugroho, Ketua Festival Lempung Agung.

Baca juga : Lomba Kreasi Sambal Nusantara Meriahkan Festival Gerabah Pacitan 2024

Setelah mendapatkan bahan dasar gerabah, para penduduk berhenti sejenak untuk menikmati bekal yang sudah disiapkan. Ritual ini merepresentasikan pentingnya kerukunan dan kebersamaan sebagai pondasi dasar dalam kehidupan bermasyarakat.

Tak lama berselang, kumpulan tanah galian sawah itu kemudian diarak menuju panggung utama festival, yang berjarak sekitar 500 meter.

Selama prosesi berlangsung, tabuhan musik dan tarian tradisional mengiringi ritual Lempung Agung. Uniknya, irama musik gamelan itu dihasilkan dari tabuhan berbagai perkakas gerabah.

“Upacara adat ini sebagai pengingat, lempung (tanah sawah) merupakan anugerah Sang Maha Pencipta yang sangat bernilai bagi masyarakat Desa Purwoasri. Sehingga penting untuk selalu bersyukur, berdoa kepada pemilik seluruh alam, agar berkah dan barokah,” imbuhnya.

Baca juga : Ribuan Orang Antusias Saksikan Budaya Khas Sudimoro

Hari mengungkap, tanah sawah di wilayah itu telah menjadi sumber penghidupan sebagian besar masyarakat sekitar. Bahkan, aktivitas ekonomi seperti ini diwariskan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang. Oleh karenanya, pelestarian budaya ini dinilai penting agar warisan leluhur tak tergerus dengan perubahan zaman.

“Sebagian besar penduduk di dua dusun merupakan petani sekaligus perajin gerabah. Mereka memaksimalkan potensi yang ada sebagai sandaran hidup. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa mengedukasi dan memotivasi para generasi muda di Purwoasri,” tegas Hari.

Baca juga : Kala Para Petarung di Dapil Neraka Satu Misi Perjuangan di Pilkada Pacitan

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Pacitan, Turmudi, mengapresiasi Festival Gerabah Desa Purwoasri. Menurutnya, semakin banyak even seni budaya maka baik untuk mengenalkan pariwisata di Kota 1001 Goa.

“Festival ini unik dan menarik sehingga pantas masuk kalender event kabupaten dan harus digelar setiap tahun untuk menambah daya tarik pariwisata di Pacitan,” kata Turmudi.

Upacara adat Lempung Agung memperkaya khasanah budaya di Kabupaten Pacitan. Rencananya, ritual sakral dalam Festival Gerabah ini akan kembali digelar tahun depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *