PACITAN,wartakita.co – Hari Santri Nasional (HSN) merupakan salah satu perayaan penting di Indonesia yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Peringatan ini hadir sebagai bentuk penghargaan atas peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Santri menjadi salah satu unsur yang memiliki peran besar dalam memperjuangkan hingga mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Menilik peran santri dalam perjuangan kemerdekaan ini dapat menjadi pemantik untuk mengobarkan semangat juang para santri di era modern saat ini.
Seperti momen HSN di Pacitan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Tak sekadar diperingati dengan apel biasa di Alun-alun, ini adalah hari di mana suara-suara santri kembali menggema, mengingatkan pada masa lalu yang penuh perjuangan.
Dalam pembacaan Resolusi Jihad oleh Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas, KH Luqman Harits Dimyati. Resolusi yang dulu mengguncang penjajah, kini dihadirkan kembali sebagai pengingat bahwa perjuangan belum usai.
“Santri, bangkitlah. Masa depan menanti di hadapanmu, dengan segala cita-cita yang mungkin lebih besar dari Resolusi Jihad itu sendiri,” tutur KH Luqman.
Baca juga : 11 Desa di Pringkuku Tuntas STBM 5 Pilar
Tak lama setelah itu, Pimpinan Ponpes Al Fattah Kikil Arjosari, K.H. Hamam Fathullah, dengan mantap memimpin ikrar santri. Dan tak lupa, panji Resolusi Jihad diserahkan ke tangan PJs Bupati Pacitan Budi Sarwoto, sebagai tanda bahwa semangat jihad kini ada di pundak santri dan masyarakat Pacitan.
Kirab panji pun menjadi penutup yang dramatis. Panji suci itu diarak keliling kota, diikuti ribuan santri sembari bermunajat kepada Allah SWT agar agar menjaga NKRI tetap aman, damai, dan sejahtera. Terlebih di tahun politik ini.
Sehingga, jalinan ukhuwah tetap harus dijaga. Panji itu, yang dikirab keliling kota, seolah berbicara pada kita semua: bahwa perjuangan harus terus hidup, di tangan para santri, di hati setiap insan yang cinta pada tanah air dan agama.
“Hari santri tahun 2024 ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen para santri dalam merengkuh masa depan, mewujudkan cita-cita bangsa,” tambah PJs Bupati Pacitan Budi Sarwoto.
Baca juga : Atasi Kekeringan, 9 Desa di Pacitan Digelontor Rp 5,9 Miliar
Menurut Budi, santri bukan hanya sosok yang duduk bersila di surau, mendengarkan pengajian. Tidak, mereka adalah penerus estafet perjuangan kiai-itulah yang ingin disampaikan tema hari ini ‘Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan’.
Kalimat ini seolah merangkum segala yang tertanam dalam benak santri. Bait dalam kitab Alfiyyah Ibnu Malik, yang mengingatkan bahwa santri harus melanjutkan perjuangan sang kiai, kini terasa relevan di setiap sudut alun-alun.
“Ya, ketika kiai telah tiada, santrilah yang harus maju ke depan, mengambil alih tongkat juang,” tegas Budi.