Jamu Tradisional, Ramuan Herbal untuk Kebugaran dan Kesehatan

Siti Rohani, pelaku usaha jamu tradisional asal Kecamatan Bandar. (Foto/wartakita.co).

PACITAN-wartakita.co, Bagi sebagian masyarakat Indonesia, ramuan jamu tradisional jadi salah satu komponen penting di bidang kesehatan. Tak sekedar sebagai sarana pengobatan, jamu berbahan rempah-rempah alami, seringkali dijadikan minuman khusus untuk menjaga kebugaran dan daya tahan tubuh. Sehingga tak heran, minuman jamu herbal telah menjadi tradisi turun temurun sebagian warga di Pulau Jawa.

Bahkan, ditengah banyaknya produk farmasi modern saat ini, jamu tradisional tetap mendapat tempat. Oleh karenanya, banyak pelaku industri rumahan yang tetap memproduksi berbagai jamu tradisional. Satu diantaranya adalah Siti Rohani (36 thn), warga Desa Tumpuk, Kecamatan Bandar, Pacitan.

Demi memenuhi kebutuhan pasar, Siti, meyediakan ramuan minuman rempah dengan beragam varian. Mulai jamu serbuk instan hingga jamu cair dalam kemasan. Dia mengaku, mulai merintis usahanya sejak tahun 2018. Berbekal ilmu dari pelatihan pengolahan biofarmaka, dia berusaha memaksimalkan melimpahnya rempah-rempah di wilayahnya.

“Semua bahan baku berasal dari sini, karena hasil pertanian di wilayah ini melimpah dan cukup lengkap,” ujar Siti, Jumat (8/11/2024).

Baca juga : Insentif Ketua RT dan RW Senilai Rp 500 Ribu Terealisasi Tahun Ini

Siti memproduksi dan memasarkan jamunya secara mandiri. Usahanya makin populer ketika pandemi Covid-19 melanda. Kala itu, berbagai jenis produk herbal banyak diminati di pasaran. Ini karena jamu tradisional dipercaya masyarakat mempunyai banyak khasiat, termasuk menangkan Covid-19.

“Saat itu saya kewalahan melayani pesanan, karena warga percaya jamu tradisional mampu menangkal COVID-19, sekaligus menyehatkan tubuh,” tambah ibu tiga anak ini.

Varian produk herbal yang disediakan meliputi, wedang uwuh, wedang telang, serbuk jahe merah, wedang kelor, minuman instan kunyit asem, hingga wedang rosella. Harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari Rp5.000 hingga Rp25.000 tergantung jenis dan ukuran kemasan.

“Setelah pandemi, pemasarannya tergantung pesanan baik online maupun offline,” tandasnya.

Baca juga : Tiga Tahun Angkat Ribuan Honorer Jadi PPPK

Sementara itu, pemerintah melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Pacitan terus mendorong pengembangan potensi biofarmaka lokal melalui beragam kegiatan seperti pelatihan vokasional, pembinaan hingga pemasaran digital. Peningkatan kapasitas dan kualitas UMKM penting sebagai upaya memaksimalkan potensi hasil rempah-rempah yang cukup besar.

“Para pelaku UKM diberikan pelatihan Host Live Shopping, meliputi pemahaman platform, pembuatan konten, pengembangan kemampuan komunikasi, serta strategi menggunakan metode marketing ini. Mereka juga diajarkan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mempercantik foto produk agar tampil lebih menarik di pasar digital,” kata Prayitno, Kepala Diskuperin Pacitan.

Dengan dukungan pemerintah dan tingginya minat masyarakat, usaha jamu tradisional di Pacitan tidak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. (red/adv).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *