PACITAN,wartakita.co – Salah satu industri rumahan Kabupaten Pacitan yang terus eksis di tengah perubahan zaman adalah kolong klitik. Camilan berbentuk cincin itu masih jadi buruan pecinta kuliner tradisional.
Tak heran, jika usaha makanan ringan ini masih jadi sandaran ekonomi bagi warga Desa Cangkring, Kecamatan Ngadirojo. Dalam satu tempat usaha, setidaknya terdapat 20 orang yang terlibat dalam produksi makanan olahan berbahan ketela.
“Proses paling banyak membutuhkan tenaga adalah saat membentuk kolong, dan juga saat mengupas ketela, yang biasanya melibatkan sekitar 10 orang,” jelas Harmini, seorang pembuat kolong klitik di Desa Cangkring.
Baca juga : Antisipasi Kekeringan Tahunan di Desa Ploso, Bangun Sumur Bor – Kewajiban Tanam Pohon Trembesi
Setiap kali produksi, Harmini membutuhkan sekitar 4 kuintal ketela jenis kastel, empat bulan, jinten, dan ketela gajah. Berbagai jenis ketela itu pun masih tersedia di kalangan petani.
“Dari bahan sebanyak itu, biasanya menghasilkan sekitar 180 kilogram kolong,” tambah ibu empat anak ini.
Cita rasa kolong klitik yang gurih dan renyah membuat produk ini laris di pasaran. Tengkulak dari berbagai pasar daerah serta toko oleh-oleh di Pacitan kerap menanti pasokan kolong klitik dari Ngadirojo.
Menurut data dari Pemerintah Desa Cangkring, terdapat 19 home industri yang memproduksi camilan renyah ini, tersebar di empat dusun, yaitu Dusun Tegal Arum, Seloharjo, Salamrejo, dan Sidorejo.
“Usaha ini sudah berlangsung turun-temurun, bahkan kita tidak tahu pasti kapan dan siapa yang pertama kali membuat kolong di daerah ini,” ungkap Sugiyono, Kepala Desa Cangkring.
Baca juga : Pantai Pangasan, Lukisan Alam Menawan yang Masih Perawan
Guna meningkatkan penjualan, pemerintah desa telah mem-branding produk ini dengan nama “CK Snack” (Cangkring Snack). Tujuannya agar kolong klitik Cangkring dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas.
Inovasi ini berhasil memperluas pemasaran kolong klitik, yang kini tak hanya dijual di pasar tradisional dan toko oleh-oleh Pacitan, tetapi juga merambah minimarket dan supermarket di luar daerah. Bahkan, agen pemasaran kolong kini telah hadir di Surabaya.
“Setiap hasil produksi kolong di desa kami diberi label CK Snack,” jelas Sugiyono.
Melalui produksi ini, ekonomi masyarakat Desa Cangkring terbilang stabil. Tidak hanya bagi para pengusaha, tetapi juga bagi ratusan tenaga kerja yang diberdayakan oleh 19 home industri yang ada.