PACITAN,wartakita.co- Di era modern saat ini tak banyak orang melirik sektor pertanian. Kemajuan teknologi serta perubahan gaya hidup masyarakat menjadikan sektor pertanian sebagai pilihan alternatif terakhir. Terlebih, petani dinilai sebagian besar masyarakat sebagai profesi tradisional dan tertinggal.
Politisi Demokrat Pacitan, Arif Setia Budi tak sepakat apabila pertanian dikesampingkan. Baginya, pertanian tetap jadi pilihan terdepan dengan beragam tantangan dan keunggulannya. Pria kelahiran Pacitan 38 tahun silam ini pun mantap terus memprioritaskan bidang pertanian.
ASB, sapaan akrabnya mengaku kehidupan petani jadi penempa kesuksesan karir yang dicapainya saat ini. Sejak usia anak-anak hingga beranjak dewasa Ia hidup dilingkungan petani di Sumatera. Oleh karenanya, pertanian tak akan pernah tergantikan dalam hidupnya.
“Iya karena keluarga petani jadi bukan lagi hobi tetapi pertanian ini jadi yang utama. Keluarga di Sumatera sampai hari ini masih mengelola puluhan hektar tanaman kelapa dan Pinang. Hasil produksinya di ekspor ke sejumlah negara baik itu India maupun negara lainnya,” kata pria kelahiran Jatigunung, Tulakan tersebut.
Ditengah kesibukannya sebagai legislator di DPRD Pacitan, darah petani mendorongnya terus aktif menggeluti pertanian. Bahkan, dia tak ragu untuk mencoba mengaplikasikan beberapa jenis tanaman hingga metode bercocok tani ala Sumatera di tanah kelahirannya.
“Ini kita coba kembangkan kelapa jenis CRD yang ekspor ke India di Pacitan. Harapannya tentu 4-8 tahun ke depan kita bisa menghasilkan produksi kelapa Pacitan kelas ekspor,” tambah pria yang juga aktif di berbagai organisasi besar di Pacitan tersebut.
Pria yang juga Sekretaris DPC Demokrat Pacitan itu menilai, minimnya ketertarikan masyarakat pada dunia pertanian justru jadi peluang menguntungkan. Syaratnya, petani perlu kerja keras dan cerdas memaksimalkan tiap peluang yang ada.
“Tidak boleh malu jadi petani. Justru harus bangga karena hasil jerih payah petani itu lah sumber dasar kehidupan manusia. Dan kita juga harus percaya diri bahwa pertanian adalah masa depan ketahanan pangan. Potensi alam yang dianugerahkan Tuhan tidak saja disyukuri, tapi harus dimaksimalkan,” tegas legislator dari Kebonagung-Tulakan tersebut.
Keyakinan akan masa depan pertanian itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sektor pertanian terbukti mampu jadi penopang ekonomi mayoritas masyarakat selama puluhan hingga ratusan tahun. Pun ketika ekonomi sedang tak menentu, sektor pertanian baik mikron maupun makro selalu jadi sandaran utama masyarakat.
“Penting juga disadari jika ketahanan sektor pertanian ini telah teruji dan paling bisa diandalkan jika dibandingkan dengan sektor lain. Dalam situasi apapun, petani kita mampu bertahan sebagai pondasi ekonomi minimal bagi keluarga. Dan jangan lupakan pula dari para petani terlahir banyak orang mapan dan sukses,” jelasnya.
Minimnya alokasi pupuk bagi petani tak luput dari perhatian ASB. Dia menyadari, ketersediaan pupuk tak sebanding dengan kebutuhan petani. Sebab, dari jumlah penduduk Indonesia 200 juta lebih hanya sekitar 13,9 juta petani yang menerima pupuk bersubsidi. Apabila dirata-rata tiap petani hanya menerima pupuk ponska dan urea di angka 12-15 kg.
Selain kebijakan politik yang memihak, kondisi ini menuntut kreatifitas para petani. ASB mendorong optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki petani. Salah satunya memanfaatkan pupuk kandang dan bahan lain yang mudah didapatkan.
“Sudah ada 10 kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik cair yang kami lakukan bersama masyarakat di Kecamatan Tulakan. Harapannya ini bisa jadi solusi bagi petani ditengah kelangkaan pupuk. Petani kita juga bisa lebih mandiri,” pungkasnya.