PACITAN,wartakita.co- Nestapa menaungi para petani kedelai hitam atau yang lebih dikenal dengan sebutan malika di Pacitan. Pada musim kemarau tahun ini mereka dihadapkan dua kondisi antara untung dan buntung.
Hal itu diungkapkan oleh petani, yang pada musim panen kedelai saat ini terpaksa harus menyimpan dulu hasilnya dengan maksud menunggu harga bisa sepadan dengan modal dan tenaga.
“Harga saat ini semakin turun, pas lagi musim panen kemarin mencapai harga Rp 10.000 perkilogram, saat ini menjadi Rp 8.000 perkilogram,” ungkap Triyono salah satu petani, Jumat (3/11).
Baca juga :
Kemarau Ular Berkeliaran, Ini Tips Aman dari Pawang Ular
Mahalnya harga benih kedelai hitam tidaklah di permasalahkan oleh petani, tapi keinginannya harga jual petani haruslah setara dengan pengeluaran selama produksi.
“Kalau modal untuk membeli benih tidak terlalu banyak yang kita keluarkan. Tapi yang kami inginkan adalah harganya itu ketika musim panen mencapai pertengahan jangan dimainkan, awalnya mencapai harga 10.000 rupiah perkilogram menjadi 8000 rupiah perkilogram, kita jadi mengeluh,” tegasnya.
Baca juga : Pembangunan Jalan Batas Pacitan-Ponorogo Tuntas, Warga Gelar Tasyakuran
Pun, Triyono dan rekan sejawatnya berharap agar harga bahan dasar kecap ini bisa stabil setiap musim panen tiba. Bukan hanya untuk kedelai saja, tapi juga untuk harga-harga dari hasil pertanian tidak dimainkan oleh para tengkulak.
“Kalau harapan kami sebagai petani ini cukup simpel. Harga stabil itu pun sudah cukup, jangan hanya untuk kedelai saja. Tapi juga pada hasil pertanian yang lain,” pungkasnya.