PACITAN,wartakita.co– Istilah buzzer belakangan ini kerap jadi perbincangan publik. Tak hanya di tingkat nasional, di Pacitan pun warga sempat ramai dengan aktivitas para buzzer.
Lalu, apa sebenarnya buzzer itu, bagaimana cara kerjanya serta ciri-cirinya seperti apa? Redaksi wartakita.co berupaya mengorek keterangan dari salah seorang ahli di bidang IT (Tekhnologi Informasi) Aditya Prihantara.
Adit, begitu biasa disapa menyebut bahwa buzzer secara harfiah berarti lonceng atau sebagai penanda agar orang-orang berkumpul untuk melakukan sesuatu.
“Namun, di era digital saat ini buzzer lebih terlihat perannya di platfom sosial media dan pengaruhnya cukup besar,” katanya.
Buzzer kata Adit, bisa berupa orang perseorangan atau kolektif yang bekerja khusus dalam pembentukan maupun mendukung opini dalam suatu isu.
Demi meraih hasil maksimal, jelasnya, buzzer biasanya akan bekerja secara kolektif untuk menyuarakan hal yang sama dan identik.
“Sebenarnya penggunaan dari buzzer ini sendiri tak hanya sebagai alat untuk memobilitas pendapat publik dalam ranah politik, namun juga dalam ranah promosi. Tujuannya supaya menjadi pembicaraan dan trending topik di sosial media,” imbuhnya.
Lebih lanjut, CEO Decaa Software itu menyebutkan ciri-ciri buzzer yang mudah sekali dikenali. Diantaranya, Akun Buzzer biasanya selalu aktif, sering mengupdate status, memberikan komentar dan aktifitas lainnya sosial media lainnya.
“Buzzer, biasaya memiliki pengaruh yang kuat, karena seringnya interaksi sosial yang dilakukan. Akun seorang Buzzer biasanya memiliki banyak Pengikut media sosialnya. Hal ini wajar, tentu saja karena seringnya interaksi yang dilakukan,” tegasnya.
Ciri terakhir kata Dosen IT ini, seorang Buzzer biasanya melakukan tindakan yang Pro dan Kontra, seperti memposting sesuatu yang menimbulkan perdebatan dan tentu sesuai kepentingannya.
Menurut pria lulusan S2 Amikom Jogjakarta itu, Buzzer terbagi menjadi 2 jenis, yaitu buzzer sukarela dan buzzer komersial. Buzzer Sukarela terdorong oleh kesamaan ideology dan pemikiran, atau juga rasa kepuasan pada sesuatu.
“Pada jenis ini aktifitas buzzer sepenuhnya dari hati yang terdalam, jadi tidak mendapatkan bayaran. Kecuali kepuasan yang hakiki,” katanya.
“Untuk buzzer komersial, tidak perlu dijelaskan karena sudah jelas mereka memang di sewa untuk melakukan aktifitas promosi atau juga menggerakan isu tertentu,” terang Adit.
Besarnya pengaruh di ruang sosial media, menempatkan buzzer pada posisi strategis dari sisi komunikasi bisnis. Profesi buzzer dapat dijadikan ladang mata pencaharian bagi kaum milenial.
“Seorang buzzer agar tetap laku dan dicari oleh para pelaku usaha maupun pemangku kepentingan haruslah memiliki kemampuan super di banyak bidang,” kata pria yang juga menempuh S3 Ilmu Komputer di UGM.
Dari banyak bidang tersebut, ada 5 kemampuan yang wajib dimiliki oleh para buzzer. Diantaranya Analisa Produk dari Sisi Yang Berbeda.
“Kemudian Copywriting, Public Speaking, Desain Grafis, Video Editing. Namun, itu semua tergantung pada kepentingan apa yang hendak dicapai,” pungkasnya.