PACITAN,wartakita.co- Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, Indrata Nur Bayuaji-Gagarin menyampaikan hasil kinerja 3,5 tahun memimpin Kabupaten Pacitan dalam momen Debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati Pacitan, Minggu (4/11) malam. Satu diantaranya adalah capaian pengentasan kemiskinan yang menunjukkan hasil mengesankan. Lalu benarkah angka kemiskinan Pacitan mengalami penurunan?
“Angka kemiskinan turun setiap tahunnya. Pacitan termasuk 36 kabupaten/kota terbaik se-Indonesia yang mendapatkan reward dalam hal penurunan kimiskinan ekstrem,” kata calon bupati Indrata Nur Bayuaji saat penyampaian visi misinya.
Baca juga : Relawan Ronny-Wahyu Mendadak Pingsan di Ruang Debat
Apa yang disampaikan calon bupati petahana itu benar adanya. Merujuk pada data absolut Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan yang dirilis Senin (5/8/2024), kemiskinan turun 0,57 persen poin dari 13,65 persen pada Maret 2023 menjadi 13, 08 persen pada Agustus 2024. Jumlah penduduk miskin turun dari 76.200 jiwa pada 2023 menjadi 73.030 jiwa atau berkurang 3.170 jiwa.
Data BPS juga menunjukkan penurunan angka kemiskinan cukup signifikan tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021 jumlah penduduk miskin sebanyak 84.190 jiwa. Sehingga dalam pemerintahan AJi-Gagarin terjadi penurunan penduduk miskin sebanyak 11.160 jiwa atau jika di rata-rata, penduduk miskin berkurang 3.720 jiwa tiap tahunnya.
Beragam upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan tiga tahun ini telah mendekati capaian 10 tahun pemerintahan sebelumnya. BPS mencatat jika warga miskin di tahun 2011 sejumlah 98.780 jiwa. Dengan kata lain, selama satu dekade itu, penduduk miskin Pacitan turun 14.590 jiwa atau rata-rata pertahun turun 1.459 orang. Dari data itu, bisa terlihat bahwa rata-rata penurunan kemiskinan per tahunnya di pemerintahan Aji-Gagarin dua kali lipat lebih baik.
Baca juga : BPS Catat Angka Kemiskinan Pacitan Tahun Ini Turun 0,57 Persen
Menurut Kepala BPS Pacitan, Wisma Eka Nurcahyanti, penurunan angka kemiskinan ini karena aktivitas ekonomi. Terutama di sektor riil yang sempat terhenti akibat pandemi. Selain itu, penurunan juga didorong pertumbuhan ekonomi sebesar 4,46 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pun terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun 2023 meningkat sebesar 4,53 persen dibandingkan tahun 2022.
“Serta tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2023 sebesar 1,83 persen, turun sebesar 1,82 poin persen dibandingkan TPT tahun 2022 yang sebesar 3,65 persen,” bebernya pada awak media bulan September lalu.
Selain dari persentase agregat jumlah penduduk miskin, terdapat indikator kemiskinan yang cukup penting, yakni segi kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2) yang juga menurun atau menunjukkan progres lebih baik.
Seperti pada 2023 ke 2024 P1 menurun, yakni yakni mulai 1.730 lalu turun 1, 490 tahun ini. Serta indek kepararahan kemiskinan pada leriode yang sama mengalami penurunan 0.320 menjadi 0.250.
Baca juga : Warga Girang Perbaikan Ruas Jalan Ngadirojo-Sudimoro Segera Direalisasikan
Dia memastikan, perhitungan yang dilakukan sama seperti BPS di seluruh Indonesia sejak Tahun 1963. Yakni, menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang dirupiahkan atau basic needs aproach.
Selanjutnya, ditemukan nilai garis kemiskinan (GK). Nah, masyarakat harus memenuhi batas minimum GK, agar tidak dikatakan miskin. Penghitungan GK berdasarkan kebutuhan dasar makanan, minuman, sandang, pangan dan papan. Pun, kebutuhan non makanan dan biaya listrik juga dihitung.
“Sehingga, nilai GK di Pacitan ditentukan sebesar Rp 370.643 ribu per bulan per jiwa,”tandasnya.
Paslon Aji-Gagarin menegaskan komitmen untuk melanjutkan upaya pengentasan kemiskinan lima tahun mendatang.