PACITAN,wartakita.co – Satu diantara seni budaya yang terus dilestarikan di Pacitan adalah kesenian ‘Gemblukan Kromomedjo’. Pelestarian kesenian khas asli Desa Klepu, Kecamatan Sudimoro itu rutin dilakukan khas sebagai bentuk penghormatan atas warisan leluhur. Selain tarian dan irama kendang, yang menarik perhatian dari kesenian ini, adanya pelaku seni yang kesurupan.
“Ciri khasnya ya tarian, suara kendang dan atraksi mistis semacam kesurupan. Biasanya beberapa penari ada yang kemasukan roh leluhur atau kesurupan yang dikenal dengan istilah ‘Ndadi’,” kata Suweno Eko Pratama, salah satu pelestari Seni Gemblukan Kromomedjo Desa Klepu.
Baca juga : Indeks Kepuasan Masyarakat Kecamatan Donorojo di Angka 88,67
Menurut cerita, Gemblukan Kromomedjo ini mulai dilestarikan sekitar tahun 1987. kesenian Gemblukan karena ciri khas dari kesenian ini berupa suara kendang kecil yang ditabuh. Sedangkan Kromomedjo merupakan tokoh babat alas Gunung Slurung yang masih berada di wilayah Desa Klepu Sudimoro.
Konon, leluhur Ki Kromo Mejo kala itu menyampaikan pesan adanya sensus penduduk atau dikenal masyarakat sebagai cacah jiwo dengan bunyi tabuhan. Masyarakat menafsirkan pesan cacah jiwo itu sebagai tragedi pembunuhan.
“Untuk mengenang peristiwa itulah, seni musik dan tarian gembluk Kromomejo diciptakan dan dilestarikan masyarakat, khususnya lingkungan Mbanteng, Dusun Mekarsari Desa Klepu. Pelestariannya melalui latihan rutin dan kegiatan festival budaya,” imbuh Eko.
Kesenian tradisional itu kerap dipertontokan pada kegiatan desa maupaun kecamatan. Setiap pementasan, kesenian ini melibatkan 6 orang pria dan 6 orang perempuan yang memainkan alat musik sembari menari dengan penuh semangat. Mereka memakai pakaian tradisional berupa ikat kepala blangkon warna kuning.
“Menari sembari meneriakkan ‘hosa’ bagian dari pertunjukkan kesenian ini. Untuk sekali pentas ada 6 tembang wajib sehingga bisa memakan waktu mencapai satu jam dan puncaknya ketika penari kerasukan kesurupan sehingga tariannya tak terduga,” jelasnya.
Baca juga : Unggul di 11 Kecamatan, Aji-Gagarin Klaim Menangi Pilbup Pacitan 2024
Dengan kekayaan sejarah, keunikan musik, dan sentuhan mistisnya, gemblukan tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga cerminan budaya luhur masyarakat Sudimoro yang terus hidup hingga kini. Oleh karena itu, perlu untuk terus dilestarikan dan ditampilkan melalui event-event seperti Festival Kenthong Aji Sudimoro.
“Kesenian seperti gemblukan ini adalah identitas budaya yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” kata Camat Sudimoro.